test

Fokus

Minggu, 11 September 2022 15:26 WIB

Kepergian Ratu Elizabeth II, Duka Mendalam Dunia

Editor: Ferro Maulana

Mendiang Ratu Elizabeth II. (Foto: Ilustrasi/ Dok Net)

PMJ NEWS -  Keluarga Kerajaan Inggris bakal menjalani masa berkabung sampai tujuh hari pasca mendiang Ratu Elizabeth II dimakamkan. Selama masa tersebut bendera Inggris juga tetap dikibarkan setengah tiang.

"Menyusul meninggalnya Yang Mulia Ratu, Yang Mulia Raja menginginkan masa berkabung Kerajaan akan berlangsung dari sekarang sampai tujuh haru setelah Ratu dimakamkan," terang pernyataan Istana Kerajaan Inggris Buckingham, melansir Al Arabiya.

Sedangkan, tembakan salvo siap dilakukan di London pukul 13.00 (12.00 GMT) di Hyde Park, setiap tembakan akan menandai 96 tahun usia Ratu, terang Istana Jumat lalu.

Tetapi pihak Istana tidak mengatakan kapan pemakaman akan dilangsungkan, namun tampaknya sekitar 11 hari setelah kematian Ratu Kamis lalu.

Ratu Elizabeth II semasa hidupnya. (Foto: Dok Net)
Ratu Elizabeth II semasa hidupnya. (Foto: Dok Net)

Di kesempatan yang sama, Istana Buckingham memastikan semua bendera di kediaman kerajaan akan tetap dipasang setengah tiang sampai pagi hari setelah masa berkabung dan semua bangunan kerajaan akan tetap ditutup, walaupun penghormatan terakhir lewat karangan bunga dari masyarakat tetap dibolehkan ditaruh di luar.

Peran Ratu Elizabeth II di Kerajaan Inggris

Ratu Elizabeth II menjadi pemegang takhta kekuasaan terlama atau 70 tahun berkuasa sebelum menhembiskan nafas terakhir pada Kamis (8/9/2022) di Kastil Balmoral, Skotlandia waktu setempat.

Adapun pemimpin monarki Inggris itu memegang beberapa kekuasaan di Inggris. Tokoh seremonial dalam monarki Inggris biasanya tidak mencampuri urusan negara.

Meski demikian, raja dan ratu sebagai kepala negara mempunyai beberapa kekuasaan konstitusional.

Untuk diketahui, Ratu Elizabeth II memiliki tujuh peran kekuasaan konstitusional selama bertakhta. Saat ini kekuasaan itu diwariskan kepada sang penerus takhta, yaitu Raja Charles III yang merupakan Raja Inggris selanjutnya.

Warga Inggris dan dunia berduka atas kepergian Ratu Elizabeth II. (Foto: Dok Net)
Warga Inggris dan dunia berduka atas kepergian Ratu Elizabeth II. (Foto: Dok Net)

Di bawah ini daftar kekuasaan Ratu Elizabeth II yang kini dipegang Raja Charles III.

Pertama, merujuk sistem monarki Inggris, parlemen merupakan otoritas legislatif tertinggi yang terdiri atas majelis rendah House of Commons, majelis tinggi House of Lords serta the Crown.

The Crown adalah parlemen tertua dalam sistem pemerintahan Inggris, namun wewenangnya memudar seiring berjalannya waktu. Kini the crown secara luas hanya bersifat ritual saja.

Kedua, dalam Parlemen, Raja atau Ratu Inggris memiliki wewenang menunjuk pemerintahan. Biasanya mereka akan mengundang pemimpin partai politik yang memenangkan kursi terbanyak dalam House of Commons untuk menunjuknya menjadi perdana menteri dan memintanya membentuk pemerintahan. Hal itu dilakukan sehari usai pemilu digelar.

Di samping itu, Raja atau Ratu Inggris memiliki wewenang membuka dan menutup sidang parlemen setiap tahun dalam seremoni 'State Opening' yang sarat tradisi.

Keluarga Kerajaan Inggris. (Foto: Dok Net)
Keluarga Kerajaan Inggris. (Foto: Dok Net)

Raja dan ratu juga membacakan rencana pemerintahan untuk 12 bulan ke depan. Seremoni itu biasanya dimulai dengan prosesi dari Istana Buckingham ke Westminster.

Seorang pejabat yang dikenal sebagai Black Rod kemudian dikirimkan untuk memanggil House of Commons, dan pintu akan ditutup di depan wajah Raja atau Ratu Inggris untuk menyimbolkan independensi dari kerajaan.

Raja atau Ratu Inggris biasanya mengenakan Mahkota Negara Kekaisaran (Imperial State Crown) dan melanjutkan ke House of Lords.

Dalam kewenangannya, The Crown juga secara resmi mampu membubarkan parlemen Inggris sebelum pemilu digelar.

Ketiga, setelah disetujui oleh House of Commons dan House of Lords, Raja atau Ratu Inggris memiliki kekuasaan untuk menyetujui dan menetapkan Rancangan Undang-Undang (RUU) sebagai Undang-Undang (UU) secara resmi. Juga, Raja atau Ratu Inggris bisa secara teknis menolak RUU itu.

Meski pada kenyataannya hal itu hanyalah praktik stempel karet atau hanya prosedur belaka.

Untuk diketahui, Ratu Anne menjadi pemimpin Kerajaan Inggris terakhir yang menolak memberikan persetujuan untuk RUU tahun 1708 silam.

Keempat, mendiang Ratu Elizabeth II merupakan tempat para PM Inggris menjelaskan rencana dan kekhawatiran mereka kepada sang Ratu.

Diketahui Ratu Elizabeth menggelar rapat mingguan dengan seluruh PM Inggris yang menjabat selama dirinya bertakhta.

"Mereka memberitahu saya apa yang terjadi atau jika mereka mempunyai masalah apapun, dan terkadang saya bisa membantu dalam cara-cara tertentu," tutur Ratu Elizabeth II dalam dokumenter tahun 1992.

Kelima, Raja atau Ratu Inggris memiliki wewenang untuk menunjuk Lord yang duduk di parlemen di House of Lords atas saran menteri pemerintahan.

Di samping itu, pemimpin kerajaan Inggris juga secara pribadi berwenang memberikan gelar kebangsawanan kepada orang-orang yang dianggap berjasa dan berkontribusi penting bagi masyarakat Inggris, dalam segala aspek kehidupan.

Daftar kandidat setiap tahunnya diberikan Pemerintah Inggris kepada Raja atau Ratu Inggris

Keenam, Raja atau Ratu Inggris diperbolehkan mempraktikkan hak prerogatif mereka 'dalam situasi krisis konstitusional yang parah'.

Mereka diizinkan untuk menentang nasional kementerian. Meskipun dalam sejarah pemerintahan modern Inggris, itu belum pernah dilakukan.

Ketujuh, Raja atau Ratu Inggris memiliki wewenang untuk menunjuk uskup dan uskup agung atas saran dari Komisi Gereja. Kewenangan itu diperoleh sebagai gubernur tertinggi Gereja Inggris.

Raja Charles III Siap Teladani Mendiang Ratu Elizabeth

Raja Charles III. (Foto: Dok Net)
Raja Charles III. (Foto: Dok Net)

Raja Charles III berjanji untuk meneladani mendiang ibunya Ratu Elizabeth II saat dia diproklamasikan secara resmi sebagai penguasa baru Kerajaan Inggris.

Proklamasi tersebut dilakukan dalam upacara bersejarah yang menampilkan tradisi berabad-abad dan arak-arakan terompet.

Mangkatnya Ratu Elizabeth II dalam usia 96 tahun pada Kamis (8/9/2022), diikuti dengan beberapa hari berkabung dan pemakaman kenegaraan yang akan digelar dalam sepekan ke depan.

Charles III, 73 tahun, segera melanjutkan peran ibunya pada Kamis, tetapi Dewan Aksesi yang terdiri dari ratusan politikus, uskup dan pegawai negeri senior dengan kostum heraldik tradisional akan memproklamasikan suksesinya pada Sabtu.

Dewan itu, yang telah ada sejak berabad-abad lalu dan bertugas memberi masukan kepada kerajaan, beranggotakan para penasihat, termasuk putranya dan pewaris takhta, William, istrinya Camilla dan Perdana Menteri baru Liz Truss, yang menandatangani proklamasi.

Enam mantan perdana menteri, para uskup senior dan sekumpulan politikus meneriakkan ‘God Save The King’ ketika pengumuman Charles III sebagai raja disetujui.

"Saya sangat menyadari warisan besar dan tugas ini, dan tanggung jawab besar kedaulatan kini diserahkan kepada saya," ujar Charles III.

"Dalam memenuhi tanggung jawab ini, saya akan berusaha untuk mengikuti teladan yang menginspirasi dalam menegakkan pemerintahan konstitusional dan mencapai perdamaian, keharmonisan dan kesejahteraan rakyat di kepulauan ini dan di wilayah Kerajaan Inggris di seluruh dunia," jelasnya.

Selanjutnya, di atas sebuah balkon yang menghadap lapangan Friary Court di Istana St James, David White, sebagai Garter King of Arms, membacakan proklamasi itu dengan diiringi suara terompet.

"Saat Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan ampunan-Nya, mendiang wanita berdaulat kita Ratu Elizabeth II yang diberkati dan dikenang secara mulia, dengan kematiannya mahkota Kerajaan Inggris Raya dan Irlandia Utara hanya berhak diserahkan kepada Pangeran Charles Philip Arthur George," kata White, memproklamasikan.

Adapun para serdadu berseragam tradisional merah tua meneriakkan "hip, hip, hurrah" ketika White meminta tiga sorakan bagi sang raja.

Ratusan warga diizinkan masuk ke lapangan untuk menyaksikan upacara itu, termasuk anak-anak kecil yang duduk di pundak orangtua mereka, seorang wanita yang memegang bunga dan seorang lansia yang duduk di kursi rodanya.

Charles III adalah raja ke-41 dalam silsilah Raja Normandia William Sang Penakluk yang merebut takhta Inggris pada 1066.

Upacara pada Sabtu itu meneruskan tradisi proklamasi sejak ratusan tahun lalu untuk mengumumkan raja dan ratu baru dan menjadi proklamasi pertama yang disiarkan di televisi.

Bagi kebanyakan warga Inggris, menyaksikan acara itu menjadi pengalaman pertama mereka, karena Elizabeth II adalah satu-satunya penguasa kerajaan yang pernah mereka kenal.

Charles baru berusia 3 tahun ketika ibunya dinobatkan sebagai Ratu pada 1952.

BERITA TERKAIT