test

News

Rabu, 22 April 2020 15:30 WIB

Psikolog Ini Berikan Solusi Agar Kasus Kekerasan Anak Berkurang

Editor: Ferro Maulana

Psikolog Dr. Naomi Soetikno, M.Pd. (Foto: PMJ News)

PMJ - Psikolog Klinis dari RS Omni Pulomas, Jakarta, Dr. Naomi Soetikno, M.Pd, menjelaskan bahwa kasus kekerasan terhadap anak merupakan suatu tindakan agresi yang menyakiti anak, baik dalam bentuk fisik ataupun verbal.

Menurut Naomi, tindakan yang tepat diberikan kepada pelaku kekerasan terhadap anak yaitu pemberian hukuman atas perilakunya, teguran, dan nasihat serta contoh-contoh perilaku yang baik.

“Hukuman akan membuat pelaku memahami bahwa perilakunya adalah sebuah kesalahan dan tidak perlu dilakukan kembali. Hukuman ada berbagai bentuk tentunya yang disesuaikan dengan kondisi si pelaku, seperti usia pelaku serta dampak yang diakibatkan dari perilaku kekerasannya,” papar Dosen di Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara ini saat dikonfirmasi PMJ News, belum lama ini.

Psikolog Dr. Naomi Soetikno, M.Pd. (Foto: PMJ News)

Masih dari penjelasannya, hukuman selain fisik juga bisa berbentuk teguran secara keras dan disiplin. Selain itu, konsistensi dalam pemberian teguran dan hukuman juga penting dilakukan. “Nasihat dan contoh-contoh perilaku yang baik juga dapat menjadi suatu langkah untuk mengatasi perilaku kekerasan yang dilakukan,” sambungnya.

Lanjutnya, pelaku kekerasan yang berusia masih anak, masih dalam proses belajar. Dan belajar paling efektif adalah melalui contoh nyata. Bila anak dibesarkan dalam lingkungan yang mengajarkan tentang kasih sayang, perilaku penuh empati, saling tolong menolong dan peduli sesama, maka anak akan memiliki empati yang besar kepada sesamanya.

“Nasihat dan contoh-contoh konkrit pun harus diberikan secara konsisten dan mudah dipahami oleh anak,” tambahnya.

Peran orang tua dan guru

Spesialisasi kasus Psikologi anak dan remaja ini kembali memaparkan, bahwa orang tua dan guru perlu memahami pemunculan perilaku agresi, tidak hanya dari satu faktor saja. Tetapi, mencakup aspek biologis, psikologis, dan sosialnya dapat menjadi prediktor dari munculnya suatu perilaku.

“Orang tua dan guru perlu mengetahui serta memahami lingkungan sosial dimana anak berinteraksi sehari-hari dan mendikusikan dengan anak mengenai nilai-nilai apa yang diterima dari interaksinya di lingkungan,” ujarnya.

“Penanaman nilai-nilai pribadi yang pro-sosial dapat menjadi prevensi munculnya agresi atau kekerasan. Menunjukkan contoh perilaku yang bernilai pro-sosial seperti peduli sesama, berempati, menghargai orang lain,” jelasnya.

Ia menambahkan, orang tua dan guru perlu menjadi contoh perilaku yang baik serta konsisten dalam menjadi contoh agar kasus kekerasan terhadap anak tidak terjadi di kemudian hari. (FER).

BERITA TERKAIT